Mengenal Oei Tiong Ham (7), Sisa Kejayaanmu Kini
Seiring surutnya kejayaan sang Raja Gula, satu persatu asetnya terpaksa berpindah kepemilikan. Tepat hampir 100 tahun berdirinya perusahaan tersebut oleh pengadilan ekonomi di Semarang diputuskan pada tanggal 10 Juli 1961 untuk menyita seluruh asset kekayaan bergerak dan tidak bergerak milik Oei Tiong Ham untuk negara. Dengan demikian istana Oei Tiong Ham di Jalan Kyai Saleh juga dikuasai oleh pemerintah Indonesia.
Tanah-tanah luas bekas taman-taman yang indah telah berubah menjadi perkampungan penduduk yang padat sehingga saat ini dapat ditemui nama-nama seperti Kp Balekambang gang I, gang II dan seterusnya. Sedang gedung utama dan bangunan di sekitarnya serta pekarangan dijadikan Balai Prajurit dan asrama.
Sungguh sayang karena seluruh patung-patung yang indah serta hiasan dan perabot-perabot antik di dalam istana tersebut telah hilang. Bertahun-tahun kompleks bekas istana Oei Tiong Ham merana dan tak terurus. Banyak bagian-bagian gedung yang rubuh, patung-patung, pajangan dinding, dan ubin Italia yang mahal hilang dicuri orang.
Dari seluruh kompleks bekas istana Oei Tiong Ham, hanya sekitar 8000 meter persegi dari luas tanah semula sekitar 92 hektar yang tersisa. Tetapi justru merupakan inti dimana gedung istana tersebut berada. Kini gedung itu menjadi milik pengusaha Tionghoa bernama Budi Poernomo atau lebih akrab dengan panggilan Hoo Liem.
Oleh Hoo Liem, istana Balekambang dipugar sesuai dengan bangunan aslinya dengan sedikit perubahan di bagian belakang. Istana itu pun malih rupa menajdi sebuah kampus pendidikan STMIK PROVISI yaitu Sekolah Tinggi Management Informatika dan Komputer serta STUDY WORLD sebuah laboratorium bahasa.
Sedangkan kediaman Tiong Ham di Simongan yang menjadi tempat Oei Tjie Sien menghabiskan hari tuanya, kondisinya memprihatinkan. Lahan seluas 2,75 hektar itu kini dihuni oleh 45 kepala keluarga yang sebagian merupakan keluarga pensiunan tentara. Sebagian atap bangunan utama rusak dan warnanya kusam.
Selain bangunan utama dan rumah istirahat, masih ada bekas-bekas rumah pembantu, ruang penyimpanan makanan, ruang menerima tamu, istal kuda, serta ruang penyimpanan kereta kuda. Di sepanjang lahan menuju ruangan-ruangan itu, masih bisa ditemukan jalan yang dibuat dari batu Portugis.
Selain Istana Gergaji dan Simongan, aset Tiong Ham tersebar di seantero Semarang. Salah satunya yang masih berbekas ialah sebuah bangunan bekas gudang di Jalan Pedamaran, Kampung Tamtin No 69. Sayangnya, gedung dua lantai pertengahan Maret 2011 ini baru saja dirobohkan. Material bekas bangunan berupa kayu, besi dan lain-lain dijual pada pemborong dengan harga total 200 juta.
Menurut informasi, rumah tersebut diwarisi oleh cucu Oei Tiong Ham, Tjie Susi Rahmawati (50). Sekitar 20 tahun terakhir rumah tersebut dikontrak oleh 53 keluarga. Karena alasan hendak dibongkar, pengontrak diminta pindah dan diberi uang pengganti Rp 400.000/keluarga yang sama dengan besar sewa kontrak setahun. Kabarnya gedung itu dirobohkan karena kondisinya yang sudah buruk dan akan dibangun lagi untuk dikontrakkan kembali.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar