Mengenal Oei Tiong Ham (5), Namanya Abadi Sebagai Nama Jalan di Singapura
foto: Kapal pembawa jenazah Oei Tiong Ham
Pada tanggal 2 Gouw-Gwee 2475 atau 3 Juni 1924, Oei Tiong Ham wafat karena serangan jantung di Singapura dalam usia 58 tahun. Saat mangkat, dia meninggalkan harta yang jumlahnya sekitar 200 juta Gulden Belanda sehingga dijuluki Man of 200 Million Gulden. Kepergiannya juga meninggalkan 8 istri, 18 selir dan 42 anak.
Jenasahnya dibawa ke Jawa dengan kapal “Gian Sing” dan tiba di Pelabuhan Semarang (Tanjung Emas) pada 6 Juli pukul 7 pagi. Dari kapal, jenasah diturunkan ke atas perahu yang berbentuk naga kemudian dibawa ke darat. Kemudian jenasah dinaikkan ke atas mobil yang dihias dengan sutra. pada masa itu mengangkut jenasah dengan mobil tidak lazim dan baru pertama kalinya dilakukan. Biasanya jenasah dinaikkan kereta kuda.
Diantara yang mengantar tampak para pembesar Tiongkok yakni Consul Generaal Tiongkok di Batavia Mr Auw Yang Kee. Bahkan Presiden Tiongkok Tsao Kun ikut mengirim ucapan belasungkawa ke rumah duka.
Upacara penguburan Tiong Ham sangat berbeda dengan yang biasa dilakukan para pembesar Tionghoa. Jika biasanya upacara ramai diwarnai musik, gamelan dan pat-im, penghormatan terahir untuk raja Gula Asia tenggara ini dilakukan dalam suasana yang sangat sunyi, tanpa bunyi satupun perangkat musik. Ini adalah keinginan dari almarhum selain mengharuskan semua anggota keluarga dan karyawannya berpakaian serba putih.
Oei Tiong Ham dimakamkan di Simongan bersama seluruh anggota keluarganya. Namun setelah Indonesia merdeka, pada 1975 kompleks pemakaman itu diangkat dan dipindahkan ke Singapura. Sekarang, jangan heran jika anda jalan-jalan ke negeri Singa, mendapati sebuah jalan bernama Oei Tiong Ham di sana. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar