Whitney Houston - One Moment in Time .mp3
Found at bee mp3 search engine

Sabtu, 17 Mei 2014

Aksi Tipu-tipu Muslim

Muslim sekarang susah payah main taktik tambal sulam agar kepercayaan mereka nampak menarik, menutup-nutupi sejarah Islam yang penuh kekerasan dan melicinkan nilai² biadab abad ketujuh yang susah disinkronkan dengan nilai² jaman kini. Para pembela islam terkemuka sampai harus menggunakan jurus mempermainkan kalimat, memelintir kata² dan menutup-nutupi fakta sebenarnya, yang lalu diulang-ulang terus menerus oleh muslim² pemula lain bahkan oleh non-muslim sekalipun. Artikel ini (yang kami harap bisa kami update setiap saat) menelanjangi beberapa tipuan Muslim itu dan mencoba menawarkan kebenaran hakiki, menembus jaringan laba-laba simpang siur palsu karangan muslim.
BEGINILAH, BUNYI AKSI TIPU² MUSLIM:

  1. Jika islam itu agama jahat, maka SEMUA muslim haruslah jahat
  2. Agama lain juga melakukan pembunuhan
  3. Muhammad mengajarkan “tidak ada paksaan dalam agama” (QS 2.256)
  4. Perang Salib
  5. Muhammad tidak pernah membunuh satu orangpun
  6. Islam mengajarkan “Dilarang Membunuh” (QS 5.32)
  7. Muslim membunuh karena membela diri
  8. Taruhan US$1 Juta: kata ‘Jihad’ tidak ada dalam Quran
  9. Ayat² kekerasan diartikan diluar konteks
  10. Islam pasti benar karena paling pesat perkembangannya didunia
_______________________________

1. Jika islam itu agama jahat, maka SEMUA muslim haruslah jahat

Tipuan Muslim:
Kebanyakan muslim hidup damai, tanpa melukai orang lain, jadi bagaimana bisa islam itu agama yang jahat? Jika islam itu agama teroris, kenapa tidak semua muslim jadi teroris?
Kenyataannya:
Muslim kebanyakan bersikap damai karena mereka lebih setia pada hukum moral yang tertulis dalam hati merekadan tidak pada ajaran rinci yang sungguh² diajarkan Muhammad, entah mereka tahu atau tidak. Mereka menyaring bukti² yang bertentangan dengan moral mereka dan sungguh² percaya bahwa agama mereka itu menyuarakan kebebasan dan nilai² yang sekarang dianut di Barat tanpa pernah mempertanyakan kenapa kebebasan dan toleransi ala Barat itu tidak ada ditanah² dan negara² muslim.
Kebanyakan Muslim jika menemui persoalan mencari jalan keluarnya dengan menerapkan moral mereka (bukan moral Quran), lalu setelah mereka mendapatkan jawaban atas persoalan tersebut, baru mereka mencocokkan jawaban alias mencari-cari ayat dalam Quran agar cocok dengan standar moralitas mereka. Meski misalnya Quran telah menjawab persoalan tersebut secara langsung, tapi karena jawaban quran langsung tersebut bertentangan dengan hati mereka, mereka lebih memilih ayat yang ‘bersayap’ yang bisa ‘menyamai’ jawaban pilihan mereka.
Bukan sebuah kebetulan bahwa muslim tulen/murni —mereka yang mengartikan perkataan Muhammad secara literal— adalah yang paling berbahaya. Mereka disebut “Ekstremis” atau “Fundamentalis”, tapi, pada akhirnya, mereka jugalah yang paling berdedikasi pada Quran dan mengikuti jalan Jihad, persis seperti yang diperintahkan oleh Muhammad.
Tentu saja kami bisa membalik pertanyaan yang sama itu; Jika islam adalam agama damai, lalu kenapa islam adalah satu-satunya agama yang secara konsisten menghasilkan teroris bermotifkan agama? Kenapa ribuan orang memenggal kepala orang tak bersalah atau menabrakkan pesawat ke gedung bertingkat sambil berteriak “ALLAHUAKBAR”? Mana kemarahan para muslim ketika hal ini terjadi? Dan kenapa mereka malah lebih marah atas masalah kartun Muhammad semata?

2. Agama lain juga melakukan pembunuhan

Tipuan Muslim:
Menyeret agama lain selevel dengan islam adalah salah satu strategi paling populer para pembela muslim jika sudah merasa terdesak. Ingat Timothy McVeigh, pembom Oklahoma City? Kenapa mengincar islam kalau agama lain juga ternyata punya masalah yang sama?
Kenyataannya:
Karena memang tidak sama. Apapun agama yang dicantumkan dalam KTP si Timothy ini, dia bukanlah orang yang religius. Tak pernah satu kalipun dia menyebutkan pembomannya karena perintah agama, atau mengutip ayat² Alkitab, atau mengklaim dia membunuh karena membela Tuhannya.
Yang disebut “pemeluk agama lain” oleh muslim hampir selalu pemeluk minoritas yang tidak aktif terlibat dalam agamanya. Mereka (non-Muslim) juga tidak terinspirasi oleh agama mereka ataupun mengaku melakukan itu demi agama mereka, seperti yang dilakukan teroris muslim dengan bangga dan tanpa malu². Disinilah letak perbedaan yang sangat besar.
Fakta: Islam dihubungkan dengan terorisme islam karena para teroris itu sendiri yang menegaskan hubungan (antara teror dan Islam) tersebut.
Muslim yang membandingkan ini sama saja dengan membandingkan apel dengan jeruk.
Muslim sering dengan girang berkoar²: Ya, ada beberapa pembom klinik² aborsi benar² religius, tapi lihatlah jumlah aksi mereka. Ada lima serangan dalam jangka waktu 35 tahun di Amerika. Tujuah orang meninggal. Ini sama dengan rata² satu kematian dalam setiap LIMA tahun.
Sebaliknya, teroris islam melakukan hampir sepuluh ribu (10.000) serangan mematikan dalam enam tahun setelah 11 September 2001 saja. Jika kita mundur hingga tahun 1971, ketika tentara muslim di Bangladesh mulai membantai orang² hindu, lalu tahun² dimana jihad dilakukan di Sudan, Kashmir dan Aljazair, dan jangan lupa kekerasan Sunni vs Syi’ah di Irak, jumlah orang tak bersalah yang terbunuh DALAM NAMA ISLAM mungkin melebihiLIMA JUTA ORANG DALAM PERIODE WAKTU YANG SAMA (lima tahun).
Enam tahun belakangan ini saja, mungkin ada TOTAL selusin lebih pembunuhan religius oleh orang² dari agama non islam. Tidak ada agama lain yang menghasilkan WISATA PEMBUNUHAN seperti yang dilakukan Islam hampirsetiap hari setiap tahun. Tidak ada ayat² dalam kitab² agama non-islam yang mendukung pembunuhan² itu. Tidak ada juga kelompok² besar diseluruh dunia yang mendedikasikan diri untuk membantai orang² yang menyembah tuhan yang berbeda, dengan umat mereka mendukung secara diam² sementara ulama² radikal sibuk mendukung teror.
Muslim suka berpura-pura bahwa agama² lain juga sering salah tafsir seperti agama mereka, tapi kenyataan jauh lebih mengerikan.

3. Muhammad mengajarkan “tidak ada paksaan dalam agama” (QS 2.256)

Tipuan Muslim:
Muslim mengutip ayat 2.256 dari Quran untuk membuktikan ‘betapa tolerannya agama islam itu.’ Ayat ini berbunyi: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat…”
Kenyataannya:
Muslim yang mengutip ayat ini mungkin mengerti —mungkin juga tidak— bahwa ini adalah ayat awal dari periode Medinah. Ayat yang ‘diturunkan’ disaat para muslim baru saja tiba di Medinah setelah terbirit-birit diusir dari Mekah. Mereka perlu tempat tinggal diantara suku² kuat disekeliling mereka, yang kebanyakan adalah Yahudi. Disaat inilah, contohnya, Muhammad memutuskan untuk mengubah arah kiblat sholat mereka dari Mekah ke Yerusalem guna menarik hati suku² Yahudi tsb.
Tapi mengapa muslim sekarang sholat kearah Mekah? Alasannya adalah karena Muhammad mengeluarkan perintah yang me-nasakh-kan (mengganti) perintah pertama. Malah, Nasakh (penggantian/pembatalan) ayat ini menjadi prinsip paling penting yang harus diingat jika menafsirkan Quran —dan ayat 2.256 khususnya— karena ayat² yang ‘turun’ belakangan (secara kronologis) dikatakan menggantikan ayat² yang bertentangan sebelumnya.
Pesan² Muhammad nampak damai dan toleran selama tahun² pertamanya di Mekah, ketika dia belum punya tentara. Ini berubah secara dramatis ketika dia punya kuasa untuk menaklukkan, yang dia pakai untuk memaksa suku² lain agar masuk Islam tanpa syarat. Bandingkan ayat 2.256 dengan ayat 9.5, yang turun belakangan, maka lebih mudah untuk melihat kenapa islam bukanlah agama damai sejak Jaman Muhammad —sampai detik ini.
Ada bukti bahwa ayat 2.256 malah TIDAK dimaksudkan bagi para muslim, tapi ditujukan sebagai PERINGATAN BAGI AGAMA LAIN agar mereka memperlakukan muslim dengan baik. Ayat 193 dari surat yang sama menginstruksikan muslim untuk “Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah.” (Fitnah yang dimaksud disini adalah Syirik, menyembah sesuatu yang bukan Allahnya islam). Ini memperkuat sifat narsisis dari Islam, yang menempatkan para muslim diatas semua non-muslim, dan menerapkan standar yang sangat berbeda bagi kedua kelompok tsb.
Meski banyak muslim sekarang menolak praktek memaksa orang lain masuk agama mereka, pemaksaan ini telah menjadi bagian sejarah islam sejak jaman Muhammad mampu angkat pedang. Seperti tercatat dalam banyak hadis, Muhammad sendiri berkata “Aku diperintahkan untuk memerangi orang² hingga mereka bersaksi LA ILAHA ILALAH [bahwa tidak ada tuhan selain Allah] dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah …” (Lihat Hadis Bukhari 2:24)
Dan kata² Muhammad bukan sekedar janji palsu tapi BENAR² DIPRAKTEKKAN MUHAMMAD. Ketika dia berbaris menuju Mekah dengan pasukannya, salah satu tugas awalnya adalah menghancurkan patung² yang ada didalam Kabah, yang disembah oleh orang² arab selama berabad-abad. Dengan menghancurkan objek² sembahan ini, ini sama saja dengan menghancurkan agama orang² tersebut dan memaksakan agamanya sendiri.
Menariknya, bahkan muslim sendiri yang mengutip 2.256 percaya bahwa ajaran islam memang agama yang doyan maksa. Ini nampak dari adanya hukuman mati bagi orang yang murtad dari islam dan adanya diskriminasi terhadap penganut agama lain (terutama agama minoritas) yang berada dibawah kekuasaan islam, yang disebut sebagai “dhimmitude” (aturan bagi para Dhimmi. Dhimmi adalah non-muslim yang tinggal dibawah kekuasaan islam).
Aturan Dhimmi melarang non-muslim menyebarkan agama mereka, dhimmi harus membayar pajak jizyah, pajak yang diwajibkan bagi mereka yang tidak mau masuk islam. Mereka yang tidak mau bayar harus dihukum mati. Jika ini bukan pemaksaan, LALU APA NAMANYA?

4. Perang Salib

Tipuan Muslim:
Muslim senang sekali membicarakan perang salib… dan Kristen senang sekali manggut² minta maaf atas perang yang dilancarkan kaum salibi. Mendengar tuduhan Muslim membuat orang percaya bahwa para muslim cuma membela diri dari serangan Salibi yang ingin mengambil tanah milik sah mereka dan ‘membunuh jutaan orang.
Kenyataannya:
Semua tuduhan ini adalah bohonga belaka. Dengan aturan standar yang dibuat oleh muslim sendiri, perang salib malah bisa sangat dibenarkan dan bentuk kekejaman Salibi manapun masih JAUH dibawah standar perlakuan keji yang dilakukan muslim atas tanah² yang mereka jajah.
Ini fakta²nya secara ringkas:
Perang Salib pertama dimulai tahun 1095. 460 tahun setelah kota Kristen pertama dijajah oleh tentara muslim, 457 tahun setelah Yerusalem dijajah oleh muslim, 453 tahun setelah Mesir dijajah oleh muslim, 443 tahun setelah muslim menjarah Italia, 427 tahun setelah tentara muslim mengepung kota Kristen paling megah, Konstantinopel, 380 tahun setelah Spanyol dijajah oleh muslim, 363 tahun setelah Perancis diserang oleh tentara muslim, 249 tahun setelah Roma dijarah oleh tentara muslim dan SATU ABAD SETELAH KRISTEN BERSABAR ATAS PEMBAKARAN GEREJA², PEMBUNUHAN², PERBUDAKAN² DAN PEMAKSAAN MASUK AGAMA ISLAM TERHADAP ORANG² KRISTEN YANG DITAKLUKKAN.
Ketika Perang Salib benar-benar dimulai, tentara muslim sudah menaklukkan 2/3 dunia Kristen saat itu.
Eropa diganggu Muslim pada tahun² pertama sejak kematian Muhammad. Ditahun 652 saja, para pengikut Muhammad melancarkan perampokan² di Pulau Sisilia dan melakukan serangan besar-besaran 200 tahun kemudian yang berakhir hampir seabad kemudian dan menghasilkan pembantaian luar biasa, seperti di kota Castrogiovanni dimana 8.000 orang Kristen DIBANTAI tanpa ampun. Tahun 1084, sepuluh tahun sebelum perang salib yang pertama, para muslim melakukan perampokan yang luar biasa di Sisilia, membakar gereja² di Reggio, memperbudak biarawan² dan memperkosa biarawati² sebelum semuanya dijadikan tawanan perang.
Secara teori, Perang Salib timbul karena adanya gangguan terhdp peziarah Kristen Eropa yang menuju Tanah Suci Yerusalem, dimana mereka ditangkap, dianiaya, dipaksa masuk islam dan bahkan dibunuh. (Bandingkan ini dengan pembenaran Islam atas pembantaian yang mereka lakukan dengan alasan karena Muslim dilarang masuk Mekah ketika jaman Muhammad!).
Tentara Salib hanya menyerang tanah² dimana sebelumnya adalah milik Kristen sah. Salibi tidak pernah menyerang masuk ke Arab Saudi atau menghancurkan Mekah seperti yang pernah dan terus dilakukan Muslim pada Italia dan Konstantinopel.
Periode “pendudukan” Tentara Salib (atas tanah yang sebenarnya milik sah mereka) berlangsung kurang dari dua ratus tahun. Penyerangan Muslim malah berlangsung selama 1.372 tahun.
Periode “Penyerangan” Tentara Salib bisa ditotal hanya sekitar 20 tahun, dimana kebanyakan dari waktu itupun dihabiskan oleh organisasi dan perjalanan². (1098-1099, 1146-1148, 1188-1192, 1201-1204, 1218-1221, 1228-1229 dan 1248-1250). Sebagai perbandingan, Jihad Muslim di pulau Sisilia berlangsung selama 75 tahun penuh.
Tidak seperti tentara jihad, Tentara Salib tidak pernah membenarkan tindakan² mereka dengan ayat² dari Injil (Perjanjian Baru). Ini sebabnya kenapa mereka disebut anomali (penyimpangan), Jihad berlangsung selama 14 abad melawan Kristen, jauh sebelum Tentara Salib terbentuk dan jihad masih juga berlangsung setelah Tentara Salib tidak ada.
Kejahatan terbesar dari Tentara Salib adalah penghancuran Yerusalem, dimana disebutkan 30.000 orang dibantai. Jumlah ini kecil sekali dibandingkan dengan jumlah korban Jihad, dari India sampai Konstantinopel dan Narbonne, tapi Muslim tidak pernah dan tidak akan pernah meminta maaf atas kejahatan² tersebut.
Apa yang disebut dengan “dosa dan perbuatan yang keterlaluan” oleh agama² lain, dalam islam disebut sebagai “Takdir Awlloh”.

5. Muhammad tidak pernah membunuh seorangpun

Tipuan Muslim:
Agar memberi kesan bahwa Muhammad adalah orang yang sungguh² cinta damai, muslim malah mengklaim bahwa dia tidak pernah membunuh seorangpun. Maksudnya bahwa dia tidak pernah membunuh LANGSUNG memakai tangannya sendiri (kecuali dalam peperangan, yang selalu Muslim ‘lupa’ sebutkan).
Kenyataannya:
Memakai logika ini berarti HITLER-pun tidak pernah membunuh seorangpun.
Jelas, jika anda memerintahkan anak buah anda untuk melakukan pembunuhan atas tawanan atau pembunuhan atas orang yang mengkritik anda, maka jelas anda punya andil dalam pembunuhan tersebut. Malah dalam hukum jaman sekarang andalah otak pembunuhan itu dan hukumannya jauh lebih berat dari si pembunuh itu sendiri. Dalam kasus si Muhammad, jumlah orang yang pernah dia ‘bunuh’ secara harafiah terlalu banyak, hingga para sejarawan sendiri tidak sepenuhnya tahu berapa jumlah tepat yang dia bunuh.
Tawanan di Badar (termasuk yang berteriak² kepada anaknya ketika akan dipancung), Ibu dari lima anak (Asma bint Marwan yang dihunus dengan pedang ketika sedang tidur dan menyusui anaknya, atas perintah Muhammad, hanya karena ia tidak percaya Muhammad itu nabi), puluhan warga yahudi, termasuk para penyair dan pedagang yang dituduh menghina islam, para pezinah, budak (setidaknya tercatat satu budak wanita), 900 pria Qurayza yang ditangkap dan dipancung atas perintah Muhammad, Kinana yang disiksa lalu dibunuh karena tidak memberi tahu tempat harta karun sukunya (dan malam itu juga istrinya, Juwariyah, digagahi oleh Muhammad), kakek² penyair yang syairnya menyinggung Muhammad. Belum pedagang² karavan yang dirampok diawal² ‘karir’ kenabian si Muhammad.
Secara tidak langsung, Muhammad bertanggung jawab bagi berjuta-juta orang yang dibantai sepanjang abad, setiap kali Muslim membawa bendera Jihad. Tidak saja dia membunuh, tapi dia sungguh² manusia yang tangannya paling berdarah sepanjang segala jaman.

6. Sama seperti Alkitab, Islam mengajarkan “Dilarang Membunuh” (QS 5.32)

Tipuan Muslim:
Banyak orang Barat lebih suka percaya bahwa semua agama itu sama jeleknya atau sama buruknya dan semangat sekali mencerna apa saja yang kelihatannya mendukung persepsi ini. Mitos ini menguntungkan islam semata, karena bukan saja mengangkat islam hingga sejajar dengan agama lain, tapi juga menyeret turun agama lain hingga serendah islam. untuk bertarung dengan agama Barat, muslim dengan bangga mengutip ayat 5.32, ini ayat yang paling mendekati perintah Perjanjian Lama “Jangan Membunuh”.
[5.32] …barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya…
Ini dikutip oleh Dewan Fiqih Amerika dalam dakwah mereka “Fatwa Melawan Terorisme”.
Kenyataannya:
Ampuuunnn… kalau saja wahyu Quran BERHENTI sampai disana… dunia ini akan damai sekali tanpa adanya muslim yang berlomba² membunuh sebanyak-banyaknya kafir atas nama agama disetiap pelosok dunia. Berapa banyak nyawa dan uang yang selamat jika Muhammad memerintahkan muslim agar menghargai nyawa manusia non-muslim seperti dalam tradisi Yudeo-Kristen? Sialnya, ayat itu jauh dari pengertian sebenarnya.
Dibawah ini adalah ayat 5.32 sepenuhnya:
[5.32] Oleh karena itu Kami tetapkan bagi Bani Israel, bahwa: barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.

Pertama, lihatlah konteks yang lebih luasnya dari ayat ini. Ini BUKAN perintah bagi muslim sama sekali. Tapi menceritakan sebuah aturan yang diberikan bagi orang israel. Sebuah teguran bagi pembunuhan (kalau Israel sampai melakukan pembunuhan), sebuah dakwaan terhadap orang² yahudi yang melanggar perintah tuhan. ‘Barangsiapa’ yang dimaksud disini bukanlah siapa saja diseluruh dunia, tapi orang² yahudi.
[Tambahan: Ayat ini juga diturunkan dalam konteks pembunuhan Habil oleh Kabil, anak² Adam. Disini disebut jika membunuh Habil maka sama saja dengan membunuh umat manusia seluruhnya, karena memang saat itu manusia yang ada baru beberapa orang saja, salah satunya Habil]
Bukannya menganjurkan toleransi seperti yang digembar-gemborkan muslim, ayat 5.32 diatas sebenarnya mengesankan kebencian dan kekerasan. Yahudi dan Kristen secara tidak langsung dikutuk sebagai orang ‘licik/jahat’ dengan ‘hati dengki’ dan penghujat sekaligus pembenci. Muhammad lalu mengingatkan umatnya bahwa Allah mencintai mereka yang ‘berperang’ dijalannya (dan jelas kita tahu siapa musuh yang diperangi itu).
Kedua, membunuh diijinkan jika orang yang dibunuh itu adalah seorang pembunuh atau seorang yang membuat kerusakan (mischief) di muka bumi. Membunuh pembunuh mungkin agak masuk akal, tapi ‘membuat kerusakan ?” Apa perinciannya??? Setiap generasi muslim dibiarkan menerapkan tafsir mereka sendiri atas kata² ‘membuat kerusakan’ ini. Belum lagi kalu diingat standar para muslim itu berbeda-beda tiap negara, tiap suku, tiap orang. Malah lebih jauh lagi, ayat ini menyuruh menyalib, memotong tangan dan kaki mereka, ini lengkapnya:
[5.33] Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar,
Nah… masih herankah anda bahwa agama ini menghasilkan jutaan pembunuhan lewat serangan² teroris setiap tahun?

7. Muslim cuma membunuh karena membela diri

Tipuan Muslim:
Muslim sering mengklaim bahwa agama mereka hanya memerintahkan pembunuhan dalam hal pembelaan diri (jika nyawa mereka terancam).
Kenyataannya:
Bela diri hanya satu dari beberapa kondisi dimana muslim boleh mengambil nyawa orang lain. Mitos membunuh karena bela diri saja mudah sekali disanggah dari kisah² kehidupan Muhammad yang dituliskan dalam Qurannya (yang mana sangat akrab menyantol ditangan muslim teroris).
Karir membunuh Muhammad dimulai dengan perampokan karavan² pedagang yang bepergian antara Syria dan Mekah. Begundalnya biasa mengendap pada sais karavan dan membunuh mereka yang mempertahankan harta mereka. Tidak ada pembelaan diri disini, pembelaan perut sendiri mungkin. Ini jelas² RAMPOK DAN BUNUH —yang diijinkan oleh Allah, menurut mulut Muhammad sendiri, yang bahkan menuntut seperlima bagian barang rampokan itu.
Perang pertama yang dilakukan Muhammad adalah Badar/Badr, ketika tentara Mekah sebanyak 300 orang dikirim untuk melindungi karavan dari serangan perampok muslim. Orang² Mekah tidak mengancam Muhammad, dan orang² mekah ini hanya membela diri mereka setelah selalu dirampoki oleh para muslim. Setelah perang ini, Muhammad menetapkan kebiasaan memancung atas sebagian tawanan yang menyerah, kebiasaan yang akan banyak diulang ditahun² kemudian.
Pentingnya episode ini tidak bisa dikatakan dilebih-lebihkan, karena disitulah bergantung awal mulanya rantai kekerasan yang dilakukan muslim yang berujung pada serangan ke Jantung Ekonomi Amerika 11 September. Muslim tidak terancam oleh orang² Amerika, dan pastinya tidak terancam oleh orang² Amerika yang mereka serang saat itu. Dari jaman baheula mereka menyerang dan memancing peperangan, seperti yang dilakukan al-Qaeda dijaman sekarang ini.
Muslim mencoba membenarkan kekerasan yang dilakukan oleh Muhammad serta para pengikutnya, karena katanya ia ‘dizolimi’ oleh orang² Mekah, hingga Muhammad diusir dari kota Mekah dan mencari perlindungan di Medinah. Tapi bahkan seburuk-buruknya perlakuan orang² Mekah, mereka tidak melakukan pembunuhan, kecuali satu atau dua pertengkaran salah paham. Nyawa Muhammad dan pengikutnya sama sekali tidak terancam di Medinah.
Bahkan pengikut Muhammad sendiri terbukti mempertanyakan apakah mereka harus mengejar dan membunuhi orang yang tidak menjadi ancaman bagi mereka, karena sepertinya mengkontradiksi ajaran Muhammad diawal mula. untuk meyakinkan mereka, Muhammad ‘menurunkan’ wahyu dari Allah yang menyatakan bahwa “[2.191] …fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan…” Ayat ini menetapkan prinsip diam² bahwa otoritas muslim jauh lebih tinggi nilainya dibandingkan nyawa orang² golongan lain. Tidak ada konteks moral lebih luas lagi tentang tindakan barbar ini. Satu-satunya yang jadi patokan adalah bagaimana sebuah kejadian mempengaruhi atau menguntungkan para muslim.
Dibawah Muhammad, para budak dan penyair dihukum mati, tawanan dipancung, dan pezina dirajam. Semua ini tidak dilakukan dalam peperangan atau pembelaan diri. Sampai hari ini, hukum islam memerintahkan hukuman mati untuk kejahatan tertentu seperti penghujatan atau murtad.
Setelah modarnya Muhammad, para sahabatnya menyerang dunia muslim —mengambil alih Timur Tengah, Afrika Utara dan sebagian Eropa. Mereka menyerang dan menaklukan dunia timur juga, termasuk Iran, Afghanistan dan anak benua India. Semua ini bukanlah pembelaan diri. Ini Penyerangan. Namanya JIHAD.

8. Taruhan US$1 Juta: kata ‘perang suci’ tidak ada dalam Quran

Tipuan Muslim:
Awal 2005, seorang ulama muslim terkenal bernama Jamal Badawi menawarkan US$1 Juta bagi siapapun yang bisa membuktikan bahwa Quran berisi kata “perang suci.” Apa dia sungguhan punya uang untuk itu atau tidak, kita tidak akan pernah tahu, tapi niatnya adalah untuk membuat orang² percaya bahwa Jihad tidak disarankan dalam Quran dan bahwa Teroris itu secara tragis telah salah mengartikan peperangan mereka sebagai perang suci dijalan Islam.
Begitu suksesnya mitos ini, hingga diulang-ulang dalam acara TV populer seperti “Criminal Minds“. Banyak yang percaya bahwa bukan saja perang suci tidak diperintahkan dalam Quran, tapi kata ‘Jihad’ itu sendiri tidak ada didalamnya.
Kenyataannya:
Bukan saja kata ‘JIHAD’) disebut beberapa kali dalam Quran, seperti surat yang terkenal, Surat At Taubah (no. 9), malah ada lebih dari 150 seruan untuk terjun dalam perang suci diseluruh Quran.
Terus apa lanjutannya ?
Kafir² pandai seperti Robert Spencer langsung merespon pada tantangan ini dan ingin mengambil hadiahnya dan Mr. Badawi dipaksa untuk menunjukkan niatnya. Tapi apa lacur? Mr. Badawi bilang tantangan dia tidak minta bagi diungkapkannya ‘konsep’ tentang Perang Suci. Dia hanya minta kata Arabnya langsung yang berarti ‘Perang Suci’.
Dan bagaimana dengan JIHAD? Well, ini tidak masuk hitungan, menurut Mr. Badawi, karena secara teknis ‘jihad’ bisa juga dipakai dalam konteks yang bukan berarti perang suci (meski itu bukan tafsirannya dijaman Muhammad sendiri ataupun dijaman kita). Jihad itu sama dengan kata “perang” yang bisa dipakai dalam arti bersayap, seperti ‘perang’ untuk menahan diri.
Jika Jihad adalah suci tanpa peperangan, maka “QITAL” mestilah artinya peperangan tanpa suci. Ini istilah arab yang arti harafiahnya adalah melakukan peperangan militer. Tapi, seperti Jihad, ini sudah pasti dipakai dalam konteks perang suci, seperti dalam surat: [2.193] Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah.” Mr. Badawi sendiri mengakui bahwa Qital bisa menjadi salah satu bentuk dari Jihad.
Jadi, meski Quran bilang secara eksplisit pada pengikutnya untuk “bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka” dan “penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka” dan 150 perintah kekerasan lainnya untuk berperang secara jelas dijalan Allah, kata arab untuk “Suci” dan “Perang” tidak secara harafiah muncul berdampingan. (seperti kata² “kamp” dan “konsentrasi” tidak muncul bersamaan dalam dokumen² Nazi).
Mr. Badawi memang tidak tahu malu!
JIHAD jelas dipakai dalam konteks ‘perang agama’ dan berserakan dimana² di Quran dan Hadis, dan bahwa, apapun terminologi, ayat ‘suci’ islam jelas-jelas menyuruh ‘semacam’ perang suci yang menimbulkan terorisme² jaman modern sekarang ini.

9. Ayat² kekerasan diartikan keluar dari konteks

Tipuan Muslim:
Ayat² seperti, “bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka” diturunkan ketika dalam keadaan perang, menurut para pembela islam. Mereka menuduh para kritikus menggunakan ayat² Quran untuk menjelekkan islam dengan cara ‘tebang pilih’ (mengambil ayat diluar konteksnya untuk mendukung sebuah opini dan mengabaikan ayat² lain yang menyanggahnya).
Muslim yang bergantung pada argumen ini sering membuat kesan bahwa Quran itu penuh dengan ayat² damai, toleran dan persaudaraan universal, dengan sedikit saja ayat yang menyerukan kekerasan. Para pemirsa yang mudah dibohongi mengasumsikan bahwa konteks untuk setiap ayat kekerasan ini dikelilingi oleh larangan² yang melindungi ayat tersebut untuk tempat dan waktu tertentu (seperti pada kasus ayat² Perjanjian Lamanya orang Kristen).
Kenyataannya:
JUSTRU, kebalikan dari itu. Itu sebabnya kenapa para mualaf dan non muslim, yang baru belajar Quran dan Hadis, sering dihadapkan pada serangkaian peringatan dan aturan oleh muslim² yang ‘mengerti’ yang mengatakan bahwa ‘butuh bertahun-tahun untuk mempelajarinya”, untuk mengerti sepenuhnya arti dari ayat² tertentu. Mualaf atau yang berniat masuk Islam didorong untuk mencari petunjuk pada ulama atau ustadz agar ‘menolong’ mereka menafsirkan apa yang mereka baca.
Bukanlah ayat² kekerasan yang langka, malah ayat² damai dan toleran lah yang langka ada dalam Quran. Konteks sejarah yang melatar belakangi ayat² kekerasan itupun jelas tidak mendukung ‘damai’ yang mereka maksudkan.
Dalam Quran, kisah², pemikiran² dan topik² sering muncul begitu saja secara acak dan tidak berurutan baik secara kronologis waktu maupun kejadian. Tapi, dengan bantuan referensi luar seperti hadis dan Sirat Rasul (Ibn Ishak/Ibn Hisyam), biasanya bisa ditetapkan bagaimana sebuah ayat ‘diturunkan oleh Awlloh” dan apa artinya bagi orang² muslim saat itu dan jaman sekarang. Ini yang dimaksud oleh para pembela muslim oportunis sebagai “konteks sejarah”. Mereka puas bahwa ayat² demikian hanyalah sebagai bagian dari sejarah dan tidak dimaksudkan sebagai bentuk perintah bagi muslim jaman sekarang.
Tapi “konteks Sejarah” berlaku dua arah. Jika satu saja ayat merupakan produk sejarah, maka semua ayat juga demikian adanya. Tentunya, tidak ada satu ayatpun dalam Quran yang tidak diberikan pada waktu istimewa tertentu untuk kondisi tertentu yang dialami Muhammad, apakah itu keinginan Muhammad untuk menaklukan suku tetangga atau butuh “wahyu” dari Allah agar membujuk pengikutnya berperang, atau jika perlu “wahyu” tertentu untuk memuaskan nafsu seksnya atas wanita tertentu pula (utk menghindari kemarahan dari istri²nya yang lain).
Inilah ironinya sistem “tebang pilih”: Mereka yang memakai alasan “konteks sejarah” melawan penyanggahnya dengan hampir selalu berargumen dengan ayat pilihan mereka sendiri yang mana ayat yang mereka terapkan dalam “konteks sejarah” dan yang mana yang mereka anggap tidak perlu diterapkan dalam “konteks sejarah”.
Islamis murni tidak memainkan tipu² demikian. Tidak saja mereka tahu bahwa ayat² Jihad itu banyak dan sangat otoritatif (menggantikan ayat² lain yang lebih awal), mereka juga percaya bahwa keseluruhan ayat Quran itu abadi dan kalimat langsung dari Allah untuk segala waktu dan segala keadaan… dan inilah yang membuat mereka sangat berbahaya.

10. Islam pasti benar karena agama yang paling pesat perkembangannya sedunia

Tipuan Muslim:
Gimana bisa islam itu jelek jika islam adalah agama yang paling pesat pertumbuhannya? Bukankah ini berarti islam adalah sungguh² agama yang sejati, karena banyak orang yang menerimanya?
Kenyataannya:
Pertama-tama, kebenaran sejati dari sebuah doktrin atau agama tidak pernah ditetapkan semata-mata dari banyaknya orang yang percaya. Seratus tahun lalu, mayoritas terbesar penghuni planet ini bahkan tidak percaya bahwa mereka berdiri diatas sebuah planet. Mereka juga tidak percaya bahwa bumi berputar dengan kecepatan 1.500 km/jam atau memutari matahari dengan kecepatan 100.500 km/jam. Apakah ini berarti bahwa bumi tidak melakukan semua ini sampai orang² percaya akan hal ini?
Kedua, Islam bukan “tumbuh pesat” dibanding agama lain karena “orang² menerimanya”, tapi lebih karena kecepatan beranak pinak para muslim yang jauh lebih tinggi dibanding agama² lain, khususnya di Barat. Belum lagi jika diingat mereka boleh beristri empat.
Dari yang mereka akui sebagai “mualaf” dari agama lain, hanya segelintir kecil saja yang menjadi muslim aktif. Sisanya hampir semua cuma orang² yang sebelumnya memang tidak berpegangan teguh pada agamanya semula, atau bisa dibilang non-agamis. Di Barat dan negara dunia ketiga non-muslim, dimana semua agama boleh ‘berkompetisi’ dengan adil, orang² yang mengalami pencerahan spiritual kebanyakan malah mereka yang masuk Kristen bukannya islam.
Terakhir, alasan utama bahwa islam ‘katanya’ lebih pesat kemajuannya dibanding agama lain, sebenarnya adalah untuk menutupi malu Muslim sendiri, bukannya untuk berbangga diri, karena mereka tahu bahwa Muslim harus memaksa sesama Muslim untuk jangan meninggalkan agamanya lewat aturan² hukuman berat bagi murtadin. Pada kenyataannya, ini justru menunjukkan RISIHnya Muslim pada agama mereka yang nampak jauh lebih tidak dewasa dibandingkan agama² lain.
Belum lagi, agama² lain tidak boleh beroperasi didaerah islam (menyebarkan agamanya, berkhotbah, dll) sementara para muslim seenak perutnya berdakwah, berteriak² sambil menjelek-jelekkan agama lain. Malah pindah agama dari islam ke yang lain tidak diijinkan – hukumannya mati.
Melihat muslim BERBANGGA DIRI mengaku sebagai “agama yang paling pesat pertumbuhannya” sama saja dengan melihat anak ingusan membanggakan diri bahwa dia adalah GRAND MASTER CATUR karena telah mengalahkan jago² catur dunia dalam sebuah pertandingan yang aturannya dia tetapkan sendiri. Ini sebuah kemenangan yang “PALSU”.
Seperti telah disebutkan diatas, kebenaran sejati sebuah agama/dalil tidak ditetapkan oleh berapa banyak pengikutnya. Apalagi kalau harus didukung oleh STANDAR GANDA dan ANCAMAN HUKUMAN MATI (bagi murtadin) untuk berkembang. Maka semakin yakinlah alasan untuk meragukan kesejatian agama tersebut.
SEJARAH:Dulu, Ibukota Indonesia Adalah Tokyo

Banjirnya uang dari Jepang, memberanikan tekad Soekarno menjadi tuan rumah Asian Games IV tahun 1962, dengan sebuah stadion raksasa yang dianggap mewah sampai sekarang. Juga menyelengarakan pesta olah raga antara negara berkembang, Ganefo I tahun 1963 (Ganefo hanya sekali dan tak ada kelanjutannya). Hingga 32 tahun berkuasa, Soeharto tak mampu membangun stadion sekelas Senayan di tempat lain, dan juga tak mampu menjadi tuan rumah olahraga internasional yang berbobot, meski mempunyai uang jauh lebih banyak dibanding Soekarno.



Batavia atau Jakarta Telah menjadi kota pusat pemerintahan penjajah Belanda selama ratusan tahun, untuk mencuri apa saja yang bisa diambil dari bumi Indonesia. Tapi, menjelang awal Maret 1942, pemerintahan Hindia Belanda memindahkan ibukota ke Bandung. Bukan karena kota itu lebih sejuk dan nyaman, tapi karena Batavia (Jakarta) sudah dikuasai penguasa baru: Jepang.
Bandung jadi penuh sesak oleh pengungsi. Kebanyakan wanita dan anak-anak. Hotel-hotel fully booked dan sumpek. Orang-orang Belanda ini memang ingin ‘berlibur’ di ibukota baru. ‘Libur’ panjang dari memerintah jajahannya untuk selamanya. Kenapa Bandung disebut ibukota? Karena pentolan penguasa Hindia Belanda berkumpul di sana. Ada Gubernur Jenderal Tjarda van Stakenborgh Stachouwer dan keluarga. Ada juga Letnan Jenderal Hubertus Johannes van Mook yang dijangkiti rasa takut mati.


Sebenarnya Bandung juga sama tidak amannya dengan Jakarta. Kota ini dihujani bom dan peluru. Saking pengecutnya, van Mook yang takut mati buru-buru ungsi ke luar Bandung. Pas weekend hari Sabtu 7 Maret 1942, van Mook naik pesawat Glan Martin kabur ke Australia. Yang unik, pesawatnya memakai landasan sepanjang Jalan Buah Batu, karena landasan bandara Andir (sekarang Hussein Sastranegara) rusak. Apa yang dibawa? Kebanyakan bawa baju yang melekat pada badan.

Lalu Kemana Gubernur Jenderal Tjarda?

Dia tetap di Bandung, tidak melarikan diri, karena keesokan harinya, Minggu 8 Maret 1942, dia ada janji penting. Bukan janji sama Tuhan pergi ke gereja, tetapi janjian sama Jenderal Hitoshi Imamura, penguasa militer tertinggi Jepang di Hindia Belanda, yang mewakili Kaisar Hirohito. Mereka berdua bertemu di Kalijati, Subang, untuk menyerahkan kekuasaan Hindia Belanda secara resmi kepada penguasa baru. Hari itu berakhirlah kekuasaan Belanda di Indonesia untuk selamanya. Ada majikan baru yang memerintah, dengan nasib baru. Kepedihan dan kesengsaraan baru untuk rakyat Indonesia di bawah kekuasaan Jepang.

Hubungan Gelap

Sejak Jepang menguasai banyak negeri di Asia. praktis pusat kekuasaan jajahan berkiblat ke Tokyo. Dalam film-film perjuangan kita, sering diperlihatkan adegan rakyat Indonesia, yang harus menunduk bersama dengan semangat disiplin tinggi di sebuah lapangan di tiap pagi hari, untuk hormat ke Kaisar Hirohito di Tokyo.
Mirip orang Islam sembahyang menghadap ke Makkah, Saudi Arabia. Jepang datang membawa “harapan baru” bagi Indonesia, yakni sebagai “Saudara Tua” yang membebaskan bangsa Asia dari kejahatan kulit putih orang Eropa. Tentu saja, banyak orang Indonesia senang. Bahasa Belanda dilarang diajarkan dimana-mana. Harus menggunakan bahasa Indonesia dan juga Jepang.

Orang Belanda yang dulu sombong berlagak bagai majikan, berganti nasib di tempatkan di ruang sengsara, di kamp-kamp penyiksaan sistematis. Juga sebagian rakyat Indonesia ikut merasakan ini, terutama yang membangkang terhadap Jepang. Semua kehidupan rakyat Indonesia, sudah diatur dalam sebuah peraturan, yang dibuat sebelum mereka menguasai kepulauan nusantara. Jadi memang sudah ada niat Tokyo untuk datang, berkuasa dan mencuri kekayaan alam Indonesia. Dulu semasa sebelum perang dunia kedua, mereka harus membeli kekayaan alam seperti minyak (bahkan sering kekurangan pasokan) dari Hindia Belanda. Nah, sekarang mereka mendapatkannya secara gratis, dengan cara menyiksa dan membunuhi si pemilik kekayaan alam: orang Indonesia.

Anehnya, sebelum Indonesia lahir sudah terjadi ‘hubungan gelap’ antara Jakarta dan Tokyo. Perdana Menteri Hideki Tojo datang ke Jakarta tahun 1943. Dia menghadiahkan kimono untuk Fatmawati, istri Soekarno, sambil mengundang Soekarno, Hatta dan Ki Bagoes Hadikoesoemo, untuk “jalan-jalan” ke Tokyo. Akhirnya, mereka bertiga pergi ke Jepang pada November 1944. Inilah pertama kali Soekarno (yang kelak menjadi presiden) pergi ke luar negeri.

IBUKOTA PINDAH KE TOKYO

Seperti sudah ditakdirkan (bahkan diramalkan oleh Jayabaya ratusan silam sebelumnya), Indonesia lahir, berjuang dan hidup dengan ‘a little help from Japanese’. Sulit dibantah bahwa kemerdekaan Indonesia, banyak mendapat bantuan dari Kantor Penghubung Jepang di Jakarta. Perumusan naskah proklamasi saja dilakukan di rumah kediaman seorang petinggi Jepang, yang semula direncanakan di Hotel Des Indes (sekarang Duta Merlin) di Harmoni, Jakarta. Soekarno menjadi presiden juga dengan bantuan pemerintah militer Jepang di Indonesia. Bahkan Soeharto melesat karir militernya, karena didikan dari PETA (Pembela Tanah Air), yang dibentuk Jepang. Bukti dan pengalaman seperti ini, membawa corak yang kental akan peranan Jepang membela dan membantu pembangunan Indonesia, kelak di kemudian hari. Soekarno dan Soeharto adalah sahabat paling akrab keluarga kekaisaran dan pemerintahan Jepang.

Setelah kemerdekaan dan Indonesia mendapat pengakuan internasional, dimulai era baru hubungan antara Indonesia dan Jepang. Sikap Jepang sangat hati-hati terhadap bangsa Indonesia (juga bangsa Asia lainnya), yang masih terkenang getirnya masa lalu hidup bersama Jepang yang bengis. Bahkan Kaisar Hirohito jarang, mungkin tidak pernah, berkunjung ke negara Asia manapun, setelah perang usai. Meski setiap kepala negara Asia sowan kepadanya, bila datang dalam sebuah kunjungan kenegaraan ke Tokyo.

Kekejaman masa pendudukan Jepang, ditanggapi dengan tuntutan pembayaran pampasan perang oleh Indonesia, sebesar 17,5 miliar dolar AS. Jumlah yang terlalu tinggi untuk ditolak Jepang. “Emangnya Jepang pernah benar-benar perang sama Indonesia?. Kita tak perlu bayar apapun!”, komentar orang yang menolaknya. Namun Jepang tetap membayar sejumlah besar uang untuk mengobati luka hati bangsa Indonesia (juga negara Asia lainnya), yang tak bisa dihargai oleh uang atau apapun. Dimulailah perundingan pampasan perang yang membuat Presiden Soekarno dan juga pejabat penting laiinya, sering datang ke Tokyo.

Selama menjadi presiden, Soekarno telah 15 kali berkunjung ke luar negeri ke 58 negara (termasuk ke Bangladesh, Singapura dan Bahrain, yang saat itu belum menjadi negara merdeka). Sekali berkunjung bisa satu negara (tapi jarang), atau ke sejumlah negara sekaligus didatangi. Pernah antara 16 April sampai 2 Juli 1961, Soekarno sekali jalan mengunjungi 21 negara! Mungkin karena pesawatnya sering menyewa, jadi Soekarno sekalian aja pakai sekaligus mengunjungi sejumlah negara. Dari 15 kali pergi ke luar negeri (antara 1951 sampai 1965), 11 kali diantaranya termasuk pergi ke Jepang.


Saking seringnya ke Tokyo, wartawan kawakan Mochtar Lubis yang selalu membangkang dengan kebijakan Soekarno, mengejeknya, “Wah, ibukota Indonesia pindah ke Tokyo”. Ini bukan gurauan. Tapi kenyataan. Pejabat dan menteri sering melaporkan pekerjaannya bukan ke Istana Merdeka, tapi ke Tokyo.
  #2  



Join Date: Dec 2012
Location: 20
Posts: 744
Thanks: 0
Thanked 63 Times in 46 Posts
kecoeboeng super top memberkecoeboeng super top memberkecoeboeng super top memberkecoeboeng super top memberkecoeboeng super top memberkecoeboeng super top memberkecoeboeng super top memberkecoeboeng super top memberkecoeboeng super top memberkecoeboeng super top memberkecoeboeng super top member


Jaksa Agung AS Bob Kennedy ingin bertemu Soekarno, datangnya harus ke Tokyo, bukan ke Jakarta (dia pernah datang ke Jakarta sebelumnya.) Tanggal 29 Januari 1958, Soekarno menjadi presiden pertama Indonesia yang berkunjung ke Jepang selama 18 hari. Inilah kunjungan kenegaraan pertamanya dan satu-satunya ke Jepang. Selebihnya kunjungan kerja untuk membahas pampasan perang, berunding dengan Malaysia dan keperluan lain. Namun setiap dia ke Tokyo, Soekarno hampir selalu diundang makan siang oleh Kaisar Hirohito. Sebuah sikap yang jarang didapat oleh kepala negara manapun di dunia. Sejak itu dia sering ke Tokyo. Dari 22 tahun menjadi presiden, Soekarno berada di Jepang (kebanyakan di Tokyo) selama 117 hari, yang diakumulasikan dari 11 kali ke Jepang. Artinya, 1,5% masa kepresidenannya dihabiskan di Jepang. Jumlah yang sangat besar untuk ukuran panjang masa kekuasaan Soekarno.

Seringnya Soekarno berada di Tokyo, membuat perundingan pampasan perang menjadi lancar, yang akhirnya dibayar Jepang secara bertahap. Hasilnya, bisa dilihat dengan munculnya bangunan-bangunan gigantik. Misalnya hotel-hotel di Pelabuhan Ratu, Yogyakarta, Bali, Hotel Indonesia, Jembatan Ampera di Palembang, serta Wisma Nusantara setinggi 29 lantai (diresmikan Soeharto tahun 1969), adalah sebuah hasil dari pampasan perang. Gedung perkantoran ini cukup modern di Asia untuk ukuran saat itu. Yang paling monumental adalah tugu monumen nasional di tengah Jakarta, yang merupakan simbol hasil pampasan perang.

Meskipun Soekarno sering ke Tokyo (117 hari), tidak demikian dengan perdana menteri Jepang. Selama ia berkuasa, hanya 2 orang perdana menteri yang datang ke Jakarta. Pertama adalah Perdana Menteri Nobusuke Kishi pada November 1958. Anehnya, 50 tahun kemudian cucu Kishi, Perdana Menteri Shinzo Abe, datang ke Jakarta pada Agustus 2008. Dan kedua PM Hayoto Ikeda pada September 1963. Baik Kishi dan Ikeda datang cuma 2 hari di Jakarta. Namun Jepang akhirnya mengirimkan Putera Mahkota Akihito dan Putri Michiko datang ke Indonesia pada 1962. Dia menjadi anggota kekaisaran Jepang yang pertama datang ke sebuah negeri bekas jajahan Jepang paling luas.

Tiga puluh tahun kemudian, Akihito dan Permaisuri Michiko juga menjadi Kaisar Jepang pertama yang datang ke Indonesia pada 3 Oktober 1992. Kaisar Akihito datang menghadiahkan ikan koi hasil silangan koi Jepang dan koi Indonesia, untuk Soeharto.

Selama 17 hari mereka dimanja dan dipamerkan kehebatan Jepang. Dan yang spektakuler, mereka di pertemukan dengan Kaisar Hirohito. Kok mau-maunya Hirohito bertemu orang yang statusnya belum jelas? Mereka bukan kepala negara, bukan utusan sebuah negara dan hanya warga biasa. Lebih aneh lagi, Kaisar Hirohito ‘merusak’ protokol Istana Kekaisaran dengan menyalami Soekarno dan memberinya medali kehormatan tertinggi. Belum pernah seorang kaisar melakukan hal ini sebelumnya. Padahal di saat yang bersamaan, ribuan orang Indonesia mati sia-sia bagaikan serangga di* pembasmi hama, oleh tentara Jepang.

Di tahun-tahun berikut menjelang kemerdekaan, kejadian itu melekatkan sebuah anggapan kuat, bahwa Soekarno dan Hatta (dan juga beberapa pendiri negara Indonesia) memang ‘boneka Jepang’. Di hadapan Jenderal Imamura, Soekarno pernah berpura-pura dan ‘menjilatnya’, dengan kata-kata, “Tuan mengusir orang yang dianggap penindas sejati bangsa Indonesia. Saya berterima kasih kepada Tuan untuk selama-lamanya”. Tuduhan sebagai kolaborator Jepang, ternyata efektif menjauhi Soekarno mendapat pengakuan atas kemerdekaan negerinya yang ia lakukan bersama patriot lain, dari dunia internasional, khususnya negara-negara barat yang menang dalam perang dunia kedua. Bila tidak pandai-pandai berunding, bersilat lidah dan bisa mengambil hati rakyat, Soekarno dan Hatta bisa saja diadili sebagai penjahat perang oleh Sekutu dan juga tentunya oleh Belanda, yang ingin datang kembali menguasai Indonesia, meski gagal total.

Kebalikannya dialami oleh PM Tojo. Seusai perang, dia diadili sebagai penjahat perang oleh Sekutu dan digantung di sebuah tempat di Tokyo, yang sekarang menjadi lokasi berdirinya gedung pencakar langit Sunshine 60.

"WOMAN FROM TOKYO"...


Ratna Sari Dewi (Naoko Nemoto), Istri ke - Presiden Soekarno

Begitu sering Soekarno ke Tokyo (hotel favoritnya dia menginap adalah di Imperial Hotel), melahirkan sebuah lobi-lobi tingkat tinggi para pengusaha Jepang, untuk mendapatkan proyek-proyek konstruksi pembangunan Indonesia pasca perang. Pada hari ulang tahunnya ke 58, 6 Juni 1959, Soekarno datang kedua kalinya ke Tokyo untuk kunjungan selama dua minggu. Seorang pengusaha Jepang yang dekat pejabat tinggi Indonesia, Kubo Masao, memperkenal kepada Soekarno, seorang wanita cantik kabaret dari klub malam ternama di Tokyo, Akasaka’s Copacabana. Namanya Nemoto Naoko yang baru berumur 19 tahun, ketika diperkenalkan saat Soekarno datang ke klub tersebut pada 16 Juni 1959.

Nemoto adalah seorang wanita yang cantik, cerdas, gaul, bisa melukis dan mudah menguasai bahasa asing. Akhirnya dia dijadikan istri ketiga oleh Soekarno. Namanya menjadi Ratna Sari Dewi. Mereka menikah pada 3 Maret 1962. Soekarno sangat sayang padanya. Pernah dia ngambek dan minggat ke sebuah biara di Jawa Tengah. Soekarno bagai orang tak punya darah. Namun Soekarno pernah juga marah kepada Dewi, di depan Menteri Oei Tjoe Tat. Ketika Oei di Bangkok, dia dipanggil Soekarno ke Tokyo untuk suatu urusan penting. Selama mereka berdiskusi, Dewi sering menegur suaminya dengan halus agar jangan terlalu lama menerima tamu, karena ada urusan lain. “Diam! Diam! Saya bilang diam!”, bentak Soekarno bagai suara geledek. Oei Tjoe Tat pun buru-buru minta diri pamit.




Bung Karno Dan Ratna Sari Dewi
Peranan Dewi sangat besar dalam lobi-lobi pampasan perang antara Jepang dan Indonesia. Hampir semua kalangan bisnis Jepang, Indonesia dan pengusaha keturunan Cina pada masa itu harus sowan ke Wisma Yaso, agar bisnisnya licin dan lancar. Wisma Yaso adalah nama sebuah vila luas dan asri di daerah Kuningan Barat, di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, yang menjadi tempat kediaman Dewi. Vila itu dikenal dengan nama Wisma Yaso, yang diambil dari nama adiknya Dewi.

Kini bekas rumah Dewi dijadikan sebuah museum militer, yang sebelumnya dikuasai negara secara sepihak dan dikemudian diberi ganti rugi kepada Dewi. Di rumah itulah, Soekarno yang karirnya naik banyak dibantu Jepang, harus menikmati kesengsaraan di saat-saat akhir menjelang ajalnya, di rumah istri berkebangsaan Jepang juga.

DIMANA IBUKOTA INDONESIA?

Dijadikannya Tokyo sebagai ‘ibu kota’ Indonesia, memperpanjang deretan kota-kota yang pernah menjadi pusat pemerintahan. Menjelang maghrib Kamis malam, 3 Januari 1946, sebuah gerobong kereta luar biasa, langsir menyelinap di belakang rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur no. 56. Sang masinis, Soedarjo, dengan lihai berhasil membawa Soekarno dan Hatta berserta keluarga dengan taruhan nyawa. Dengan tanpa lampu sama sekali, gerbong yang membawa penumpang VIP itu, berhasil lolos dari patroli Belanda sepanjang perjalanan.

Keesokan harinya, Soekarno dan Hatta tiba di Jogjakarta. Sejak itu, resmi ibukota RI pindah ke Jogjakarta. Kenapa pindah? Jakarta sudah tak aman lagi. Sutan Sjahrir, sang perdana menteri dibiarkan tinggal di Jakarta dan berkantor di bekas rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur. Tindakan Soedarjo yang membawa proklamator hijrah ke Jogjakarta dinilai heroik, yang akhirnya membawa dia menjadi pengusaha nasional yang sukses, diantaranya menjadi Pemimpin Umum harian sore Suara Pembaruan.

Pada 18 Desember 1948, Indonesia memindahkan lagi ibukota dari Jogjakarta ke Bukittinggi, Sumatera Barat. Tepatnya dibelantara hutan yang jelas lokasi. Pemindahan ini karena Jogjakarta jatuh ke dalam kekuasaan Belanda. Daripada negara RI hilang, pindahkan saja ke kota lain. Bahkan, kalau tidak bisa dilakukan pindah ke Bukittinggi, pindahkan ke luar negeri dengan membentuk pemerintahan dalam pengasingan, yaitu ke New Delhi! Saat itu, ada beberapa pejabat penting Indonesia sedang berada di sana. Baru tahun 1950, Jakarta kembali menjadi ibukota negara, yang diselingi oleh Tokyo sebagai ‘ibukota’, karena presiden sering di sana. Sebenarnya Soekarno adalah tipe pemimpin yang mudah mempercayai pembantunya.
Reply With Quote
 






Bila dia sering pergi ke luar negeri, yang ‘jaga rumah’ biasanya Djuanda Kartawidjaja, sebagai Menteri Pertama. Setelah Djuanda, yang lebih sering jaga kandang adalah Johannes Leimena, juga seorang wakil perdana menteri dan seorang dokter yang sangat dipercaya Soekarno. Selama 10 tahun sejak 1956, Soekarno tak punya wakil presiden. Banyaknya perjalanan Soekarno ke luar negeri, bukan menjadi masalah bila dia tak berlama-lama di suatu tempat negara asing. Nah, Soekarno sering menetap lama di Tokyo, maka jadilah semua urusan mendesak harus di laporkan ke ibukota Jepang itu.

Soeharto juga lebih banyak dibanding Soekarno pergi ke luar negeri. Namun dia tak pernah lama-lama berada di luar negeri. Jadi dia banyak mempercayai wakil presiden untuk mengurus urusan rumah. Bahkan Abdurrahman Wahid lebih praktis lagi. Dia bisa dalam satu hari di Eropa mengunjungi tiga ibukota negara sekaligus. Pagi, siang dan malam dalam sehari menjadi tamu di negara yang berbeda. Habibie lebih unik. Dia adalah presiden yang jarang ke luar negeri. Ketika menghadiri KTT APEC di Kuala Lumpur tahun 1998 selama dua hari, tetapi dia tak pernah bermalam di ibukota Malaysia itu. Caranya? Pagi datang, malam pulang. Besok pagi datang lagi, sore pulang lagi.

Presiden Yudhoyono pernah berbuat aneh, seolah tak percaya dengan wakil presiden. Dia mengadakan rapat kabinet dari AS dengan menteri-menterinya di Jakarta. Sebuah tindakan berbahaya bila isi rapat itu sangat rahasia, karena sebuah teleconference secara teknis sangat rawan diketahui isinya oleh pihak luar.

Di akhir tahun 1950-an, Soekarno sudah melihat jauh ke depan untuk memindahkan ibukota negara ke sebuah kota di tengah hutan Kalimantan, Palangkaraya. Kota itu adalah satu-satunya ibukota propinsi yang dibangun setelah kemerdekaan. Sebuah keinginan yang sekarang menjadi pilihan mendesak untuk mengganti Jakarta yang sudah sarat dengan banyak beban sosial multi dimensi.

JAPANESQUE

Sulit dibayangkan bila Indonesia tanpa Jepang. Selama menjadi sebuah negara, Indonesia punya hubungan khusus dan historis dengan negeri matahari terbit itu, yang tak dimiliki dengan negara manapun di dunia. Meskipun bukan bikinan Jepang, kemerdekaan Indonesia adalah bantuan Jepang, yang memberi semangat untuk lepas dari cengekraman kekuasaan kulit putih. Kebangkitan Nasional yang dicetus seabad silam, juga diilhami dengan kemenangan Jepang atas perang melawan Rusia di Mancuria, Cina. Jepang banyak meninggalkan corak kehidupan bagi orang Indonesia. Dari segi sejarah, sosial dan ekonomi. Kemerdekaan Indonesia memakai tahun Sumera, tahun berdasarkan perhitungan orang Jepang, yaitu tahun 2605.

Konsep pembentukan rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW) adalah konsep dari pemerintahan militer Jepang ketika menjajah Indonesia. Hanya dengan Indonesia, Kaisar Hirohito berani pertama kali menyatakan kata fuko-na, yaitu bahasa halus untuk melukiskan kesialan pada masa silam yang terjadi dengan tindakan Jepang pada Indonesia. Kata itu diucapkan di depan Presiden Soeharto yang berkunjung ke Jepang tahun 1968. Kenapa dengan Soekarno dia tidak berani? Banyak pertimbangan untuk dia melakukannya. Kata itupun akhirnya ulangi Hirohito kepada kepala negara yang negerinya pernah disakiti Jepang. Tahun 1974 kepada Presiden AS Gerald Ford, tahun 1978 kepada Wakil Perdana Menteri Cina Deng Xiaoping dan tahun 1983 kepada Presiden Korea Selatan Chun Do-Hwan. Walau masih ada kenangan masa lalu yang pahit, Jepang tetap sahabat yang sangat menjaga perasaan orang Indonesia yang pernah mereka sakiti, dibanding dengan sikap arogan negara-negara tetangga Indonesia.

Kini setiap presiden Indonesia pasti harus datang ke Tokyo dan bertemu sang kaisar. Sebaliknya, setiap perdana menteri Jepang bila perlu, pasti datang ke Jakarta. Letak strategis kota Tokyo memaksa seorang presiden Indonesia harus ke sana, bila datang dari dan pergi ke AS sebagai tempat transit. Begitu akrabnya hubungan kedua negara, Soekarno pernah ngotot minta diterbangkan langsung dari Tokyo ke Pyongyang, Korea Utara, negara musuhnya Jepang sampai kini. Permintaan itu dipenuhi (yang tak mungkin diberikan Jepang kepada kepala negara manapun di dunia).

Dulu semasa perang Jepang mengirimkan bom, peluru dan bayonet untuk orang Indonesia. Kini mereka mengirimkan Toyota, Sanyo, Aiwa, Sony, Honda, Yamaha, Daihatsu, Mitsubishi, Hitachi, sukiyaki, sushi dan sandal jepit, yang dipakai oleh setiap orang Indonesia dari bangun tidur sampai pergi tidur.
Einstein Pertanyakan Keberadaan Tuhan Melalui Surat Ini
Albert Einstein pernah membuat surat dengan tulisan tangan sendiri. Melalui surat tersebut, Einstein mengatakan bahwa agama merupakan bahasan yang kekanak-kanakan. Kini surat Einstein ini akan dilelang dengan harga awal sekitar Rp. 28 miliar.


Menurut berita yang dirilis oleh The Daily Mail bahwa tokoh revolutif di bidang sains ini meragukan keberadaan Tuhan. Surat yang dibuat ditujukan kepada Eric Gutkind seorang ahli filsafat pada tahun 1954. Di dalam lembaran surat, Einstein mengungkapkan bahwa ide tentang Tuhan merupakan cerminan dari kelemahan manusia. Tulisan Einstein ini dikutip dalam salah satu buku karangan Gutkind.

Ilmuan penemu teori relativitas itu mengakui bahwa dirinya hormat kepada Alkitab dan Injil. Tetapi kitab-kitab itu hanyalah legenda kuno yang diwariskan turun-temurun dan sifatnya seperti anak kecil. Eisntein juga berpendapat bahwa manusia adalah mahluk yang tertinggi walaupun tidak dipungkiri penuh dengan kelemahan.

Surat Eisntein akan dilelang di Kota Los Angeles. Pimpinan rumah lelang menyatakan surat Einstein tersebut merupakan salah satu catatan sejarah yang berisikan tentang pergolakan pribadi tokoh sains terbesar abad ke 20.