Ada sebuah kisah nyata yang bisa direnungkan (bagi kaum yang mau berpikir):
"Agama apa yg terbaik?" tanya Boff.
Dalai
Lama menjawab sambil tersenyum, menatap Boff secara langsung, yang
mengejutkan Boff karena pertanyaan itu seperti terselip maksud jahat.
Boff mengira bahwa jawabannya adalah Buddha atau agama oriental yang
lebih tua dari Kristiani.
"Agama
yang paling baik adalah agama yang membawamu dalam jarak terdekat
dengan Tuhan. Agama yang membuatmu menjadi orang yang lebih baik."
Untuk menutupi perasaan malu karena jawaban yang sangat bijaksana, Boff bertanya, "Apa yang membuat saya menjadi lebih baik?"
"Apa
pun yang membuatmu lebih berwelas asih, lebih masuk akal, lebih
terlepas, lebih mencintai, lebih memiliki rasa kemanusiaan, lebih
bertanggung jawab, lebih etis. Agama yang melakukan semua itu terhadapmu
adalah agama terbaik."
Leonardo
Boff seketika terdiam dan mengagumi jawaban itu. Sekarang ia lalu
memikirkan jawaban yang bijaksana dan tak terbantahkan.
Dalai
Lama melanjutkan, "Temanku, saya tidak tertarik tentang agamamu atau
apakah kamu beragama atau tidak. Apa yang penting untukku adalah tingkah
lakumu di hadapan rekan, keluarga, pekerjaan, komunitas Anda, dan di
hadapan dunia. Ingatlah, semesta adalah gema dari tindakan dan pikiran
kita.
"Hukum
aksi dan reaksi tidaklah semata-mata untuk ilmu alam. Akan tetapi juga
hubungan antarmanusia. Jika saya berbuat kebaikan, saya akan menerima
kebaikan. Jika saya berbuat kejahatan maka saya akan mendapatkan
kejahatan.
"Apa
yang kakek nenek ajarkan pada kita adalah murni kebenaran. Kamu akan
selalu mendapatkan apa yang kamu inginkan untuk orang lain. Menjadi
bahagia bukanlah takdir. Akan tetapi adalah masalah pilihan.
"Berhati
hatilah akan pikiranmu karena mereka akan menjadi perkataan.
Berhati-hatilah pada perkataanmu karena mereka akan menjadi tindakan.
Berhati-hatilah pada tindakanmu karena mereka akan menjadi kebiasaan.
Berhati-hatilah pada kebiasaanmu karena mereka akan membentuk
karaktermu. Berhati-hatilah pada karaktermu karena akan membentuk
nasibmu, dan nasibmu adalah hidupmu."
Dalai Lama kemudian mengakhiri perbincangan itu dengan berkata, "Tak ada agama yang lebih tinggi dari Kebenaran."