Whitney Houston - One Moment in Time .mp3
Found at bee mp3 search engine

Minggu, 19 Mei 2013

Cordyceps Cendawan Dari Dataran Tinggi

Tentang Cordyceps

Cordyceps adalah  cendawan yang tumbuh subur di seputar pergunungan yang mempunyai ketinggian lebih dari 3500 meter dari permukaan laut. Ia banyak di temukan di pegunungan China, Tibet, Nepal dan Himalaya.

Cordyceps termasuk kategori herbal yang sangat bernilai tinggi dalam pengobatan tradisional China dan ilmu pengobatan modern.
Orang China menyebutnya Dong Chong Xia Cao yang artinya Musim dingin jadi "ulat", musim panas jadi "rumput". Pada waktu musim dingin, spora Cordyceps memasuki badan larva dan memperolehi makanan dari badan larva itu sehingga larva akan mati.

Pada waktu  musim panas, cendawan akan tumbuh dari badan larva tersebut. Tinggi antara 3cm-10cm. Cordyceps dikenal juga dengan nama aweto di bagian lain China atau Yarchagumba di Tibet. Unik bukan ?

Praktisi pengobatan herbal tradisional China percaya bahwa Cordyceps memiliki kemampuan untuk menyembuhkan hampir semua penyakit. Namun, selama berabad-abad, Cordyceps hanya digunakan secara eksklusif oleh para kaisar di China karena sangat langka dan harganya yang sangat mahal. Hal ini telah membuat Cordyceps Sinensis menjadi sangat terkenal serta serta menjadikannya sebagai bahan obat bernilai tinggi dalam tradisi China.


SIKLUS HIDUP CORDYCEPS
Cordyceps Sinensis adalah spesies jamur yang tumbuh di daerah pegunungan sebelah Tenggara China, dan hanya bisa ditemukan pada ketinggian lebih dari 3500 meter di atas permukaan laut. Spora dari Cordyceps Sinensis  menyebar oleh tiupan angin pada akhir musim gugur setelah tumbuhan menjadi dewasa. Spora tersebut masuk ke dalam larva (ulat) Hepialidae (sejenis ngengat/kupu-kupu) serta menjadikan tubuh larva tersebut sebagai inang. Secara perlahan spora tersebut menghisap nutrisi larva tersebut untuk menghidupi akar-akarnya. Jamur Cordyceps tumbuh di atas tubuh inangnya hingga larva tersebut mati. Dari bagian kepala larva yang mati tersebut akan muncul badan jamur berwarna coklat tua, sepanjang 3-5 cm. Diperlukan waktu sekitar 6 tahun bagi Cordyceps untuk melengkapi siklus hidupnya. Siklus hidup yang sangat lama tersebut menjadikan Cordyceps tumbuhan yang sangat langka sehingga harganya pun menjadi sangat mahal.

Sejarah (Legenda)  Cordyceps

Legenda yang terjadi pada zaman Cina dimasa silam menyebutkan bahwa berawal dari sekitar 1000 tahun yang lampau, saat pemerintahan Dinasti Southern Song, terdapat daratan yang luas yang terbentang dari Asia sampai Eropa yang berada dibawah pemerintahan Genghis Khan seorang Kaisar Mongolia. Dalam maksudnya untuk menundukkan seluruh wilayah, kaum nomaden atau penduduk yang hidup secara berpindah-pindah tempat mulai melakukan serangan ke suatu daerah yang sekarang menjadi daratan Cina sebelah barat daya. Namun betapa sangat mengherankan karena serangan mereka berulang kali dapat dibendung oleh pertahanan dari penduduk setempat yang memiliki tubuh yang besar dan sangat kuat dan mampu untuk manahan serangan hebat dari pasukan kavaleri Mongol. Dengan keadaan pasukan seperti itu, Mongol harus mengirimkan lebih banyak lagi anggota pasukan untuk dapat menguasai wilayah ini. Kemudian monarki Mongol memerintahkan untuk melakukan pemeriksaan. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, ternyata bahwa penduduk setempat suka memakai banyak cendawan ulat pada makanan mereka dan dengan mengkonsumsi makanan tersebut maka mereka dapat membangun tubuh mereka yang kuat.

Legenda lain mengatakan bahwa orang-orang Yung, yang merupakan kaum pengelana, pertama kali menemukan Cordyceps ribuan tahun yang  lalu di dataran tinggi di daerah mereka dan menganggapnya sejenis rumput. Orang-orang Yung mengamati bahwa hewan-hewan yang  memakan sejenis rumput berbentuk seperti jamur kecil tersebut menjadi begitu energik dan tangkas. Bahkan hewan ternak sapi  yang sudah tua pun menunjukkan tanda-tanda peningkatan kekuatan fisik. Didorong rasa penasaran, orang-orang Yung lalu mengambil tumbuhan tersebut dan setelah mengkonsumsinya mendapati gejala yang mirip dengan hewan-hewan yang memakan rumput tersebut.

Sejak saat itu khasiat Cordydeps mulai menyebar ke penduduk daerah lainnya. Di antara golongan masyarakat yang mulai menggunakan Cordyceps untuk pengobatan adalah kaum herbalis di China. Mereka menggunakan Cordyceps untuk mengobati berbagai keluhan sakit pada manusia. Namun, kelangkaan jamur ini menyebabkan harganya menjadi sangat mahal sehingga penggunaan Cordyceps untuk pengobatan hanya terbatas pada kaum kaya dan elit kerajaan saja.
 Cordyceps Sinensis tumbuh secara liar di dataran tinggi Tibet, di ketinggian lebih dari 5000 meter di atas permukaan laut. Kadar oksigen yang rendah pada ketinggian ini dengan iklim yang ekstrim serta kondisi lingkungan yang tidak bersahabat, membuat hanya segelintir spesies yang bisa hidup karena mampu bertahan dan beradaptasi dengan lingkungan yang keras, termasuk Cordyceps Sinensis. Semakin keras dan ekstrim kondisi lingkungan dimana Cordyceps tumbuh, semakin tinggi kualitasnya.

Para pencari Cordyceps telah lama menganggap jamur ini sebagai ‘obat dewa’ dan nilainya lebih tinggi dari emas murni. Masa panen Cordyceps hanya berlangsung relatif singkat, sekitar 4 minggu di bulan Mei dan Juni. Para pencari Cordyceps yang telah berpengalaman hanya bisa mengumpulkan kurang dari 10 Cordyceps sehari. Jumlah Cordyceps dengan kualitas paling tinggi yang bisa dikumpulkan dalam setahun dari seluruh dunia hanya sekitar 330kg (660 pounds) saja. Hal ini menjadikan Cordyceps sebagai jamur yang sangat langka dan sangat bernilai sehingga hanya bisa dinikmati dan menjadi hak eksklusif kalangan elit kekaisaran China.

Di jaman China kuno, Cordyceps hanya digunakan di kalangan istana kaisar dan dianggap memiliki khasiat seperti ginseng yang bisa memulihkan kesehatan tubuh. Cordyceps digunakan untuk memulihkan kondisi tubuh setelah sakit dalam jangka waktu lama, mengobati lemah syahwat dan impotensi, nyeri syaraf, nyeri punggung, kelelahan fisik, berkeringat di malam hari, gangguan pernafasan, gula darah tinggi, gangguan dan gagal ginjal, penyakit jantung, gangguan hati, meningkatkan vitalitas dan ketahanan tubuh, menenangkan pikiran, mengurangi batuk, anemia, dan insomnia.

Pada abad ke-2 sebelum Masehi, kaisar pertama China menggunakan Cordyceps untuk tujuan panjang umur. Wanita cantik China legendaris Yang Kue-fei (701-756 M) juga menggunakan Cordyceps secara rutin dan menganggapnya sebagai obat awet muda. Sejarah pemakaian Cordyceps sebagai herbal anti-penuaan dalam pengobatan tradisional China telah ada sejak tahun 1700 SM. Pada periode Dinasti Chin, diceritakan bahwa sang kaisar menyerahkan sejumlah emas untuk memperoleh sejenis jamur untuk pemakaian selama tiga hari. Cendekiawan Tibet juga telah menulis tentang Cordyceps secara rinci pada naskah abad ke-15 dan abad ke-18. Baru pada tahun 1726, dalam sebuah pertemuan ilmiah Cordyceps diperkenalkan ke benua Eropa.

Cordyceps Sinensis yang tumbuh alami memerlukan waktu sekitar 6 tahun untuk melengkapi siklus hidupnya, yang menyebabkan ketersediaannya sangat terbatas sehingga harganya menjadi sangat tinggi.

Manfaat Cordyceps

Cordyceps sinensis mengandung kira-kira 7% asam cordyceps sinensis, 25% protein, 8,4% lemak (di antaranya 82,2% merupakan asam lemak tak jenuh); mengandung 20 jenis asam amino (termasuk 8 jenis asam amino yang diperlukan tubuh manusia); banyak mengandung vitamin, mineral, ergosterol, hexoserol, dan berbagai basa dan enzim biologis.

Sejarah telah membuktikan akan khasiat cordyceps, dan hasil riset menunjukkan bahwa Cordyceps sangat bermanfaat antara lain bagi masalah fungsi seksual,sistem kekebalan tubuh, masalah  jantung, kolestrol, hati dan sistem pernapasan.

Disfungsi Seksual : Cordyceps dapat bermanfaat bagi pria maupun wanita yang mengalami masalah fungsi seksual.

Gangguan pada sistem kekebalan tubuh : Cordyceps ternyata mengandung bahan yang merupakan salah satu immunomodulator yang paling adaptif.


Penyakit jantung : Kajian klinis menemukan peningkatan signifikan dalam hal volume darah yang bisa dipompa, denyut jantung, output kardio dan sebagainya pada kelompok orang-orang yang diberi Cordyceps dibandingkan dengan kelompok lainnya yang tidak diberi Cordyceps. Para Atlet yang menggunakan jamur ini mengalami peningkatan oksigen dalam sel-sel mereka, serta meningkatkan kerja jantung.

Kolesterol : Cordyceps dapat mengurangi jumlah kolestrol ‘jahat’ (LDL) dan meningkatkan jumlah kolestrol baik (HDL). Dalam sebuah studi, Cordyceps dapat menurunkan jumlah kolestrol total hingga diatas 17%

Penyakit Hati : Cordyceps dapat meningkatkan struktur sel hati secara dramatis. Sel-sel Sirosis hati hilang pada 70% pasien.

Sistem pernapasan : Cordyceps dapat memberikan manfaat secara signifikan pada sistem pernapasan penderita asma, perokok, infeksi pada paru-paru dan batuk berat.

Viagra Alam ( Yarchagumba ) - Cordyceps sinesis

Corduceps
Ini nyata terjadi di alam bebas, tumbuhan jamur yang hidup sebagai parasit ulat di bawah tanah. Namanya Cordyceps sinesis atau jamur ulat, di Nepal namanya Yarchagumba. Selain itu ada juga jenis lain namanya Cordyceps militaris, Cordyceps ophioglossoides -SP. Jamur ini banyak dijumpai di pegunungan Himalaya di dataran tinggi Nepal, dan untuk jenis lainnya dapat kita jumpai hampir disemua negara. Ramuan jamur ini diyakini dapat menaikkan gairah sex pria, oleh karena itu diberi nama Viagra Alam.
Ramuan Viagra Alam ini sudah ada sejak jaman kuno, yaitu jaman kerajaan China, bahkan rakyat kecil dilarang mengkonsumsi ramuan ini yang boleh mengkonsumsi hanya kelurga raja.
1. Cordyceps sinesis


2. Cordyceps militaris



3. Cordyceps ophioglossoides -SP



Kegunaan Jamur Ulat sebagai obat :

Cordyceps atau yarsagumba adalah spesies langka tanaman banyak digunakan baik dalam pengobatan klinis dan sebagai obat rumah tangga.
1. Cordyceps atau Yarsagumba atau Yarchagumba juga dianggap manjur untuk memperkuat paru-paru dan ginjal, meningkatkan energi dan vitalitas, menghentikan pendarahan, mengurangi dahak.
2. Cordyceps atau Yarsagumba atau Yarchagumba secara tradisional telah digunakan untuk impotensi, sakit punggung, untuk meningkatkan produksi sperma dan meningkatkan produksi darah.
3. Cordyceps atau Yarsagumba atau Yarchagumba digunakan khusus untuk kelelahan berlebihan, batuk kronis dan asma, impotensi, kelemahan, anemia, untuk membangun sumsum tulang.
4. Cordyceps atau Yarsagumba atau Yarchagumba diambil untuk sesak napas, asma, impotensi, emisi, rasa sakit dari pinggang dan lutut, pusing dan tinnitus.
5. Cordyceps atau Yarsagumba atau Yarchagumba juga digunakan untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh pasien tumor yang telah menerima radioterapi, kemoterapi atau operasi
6. Cordyceps atau Yarsagumba atau Yarchagumba juga dapat digunakan sebagai Alam Viagra.

Jauh Sebelum Republik Indonesia Ada, Ternyata di Kalimantan Barat Sudah Berdiri Negara Republik

Ternyata Kalimantan Barat menyimpan sejarah yang unik. Tak banyak yang tahu bahwa jauh sebelum Republik Indonesia lahir pada tahun 1945, sejak tahun 1777 hingga 1884 sebuah negara bernama Lan Fang yang berbentuk republik sudah berdiri di Kalimantan Barat tepatnya di Kota Mandor, Kabupaten Landak tidak jauh dari Pontianak.
Negara Lan Fang ini didirikan oleh Low Fang Pak (Lou Fang Bo) untuk  mengorganisir puluhan ribu imigran china yang datang ke Kalimantan Barat menambang emas dan mencari kehidupan baru.  Orang-orang china datang pertama kali ke Kalimantan Barat pada tahun 1740  atas permintaan Opu Daeng Manambon, Raja Panembahan Mempawah yang selanjutnya diikuti oleh Kesultanan Sambas pada tahun 1750.  Gelombang besar-besaran imigran china terjadi pada tahun 1764 ketika ditemukan potensi emas yang melimpah di Montrado, Seminis dan Lumar dan wilayah lainnya.
Sebagai sebuah negara, Lan Fang memiliki bendera sendiri, Kitab Undang-undang Hukum, menyelenggarakan sistem perpajakan, mengembangkan sistem pendidikan, pertanian dan pertambangan, bahkan punya ketahanan ekonomi berdikari, lengkap dengan perbankannya !.
Low Fang Pak
Namun, meski sering diklaim sebagai negara republik pertama di Asia Tenggara, Lan Fang sendiri tidak pernah menyebut diri mereka sebagai negara Republik. Adalah Yap-Yoen Siong, menantu (ada yang menyebut sebagai anak tiri) presiden terakhir Lan Fang yang tulisannya diterjemahkan  dalam bahasa Belanda pada tahun 1885 oleh J.J. Groot, mengatakan bahwa pemilihan presiden dilakukan secara demokratis melalui pemilihan umum terbuka. Nampaknya cara pemilihan pemimpin seperti inilah yang membuat Lan Fang diterjemahkan sebagai sebuah negara republik. Hingga dihancurkan Belanda pada tahun 1884, selama 107 tahun berdiri Lan Fang telah memiliki 12 Presiden melalui pemilu.
Dari berbagai sumber sejarah, Negara Lan Fang tampaknya lebih dekat pada sebuah ‘Kongsi’. Kongsi adalah sebutan untuk perkumpulan imigran china yang melakukan pertambangan emas di Kalbar. Pada tahun 1770 terdapat 10 Kongsi di wilayah Kesultanan Sambas. Kongsi-kongsi ini menyatakan tunduk kepada Sultan Sambas namun mereka diberi keleluasaan secara terbatas oleh Sultan Sambas untuk mengatur Kongsinya sendiri seperti pengangkatan pemimpin dan pengaturan kegiatan pertambangan masing-masing. Sedangkan mengenai hasil tambang emas, disepakati bahwa Kongsi-kongsi berkewajiban secara rutin menyisihkan sebagian hasil tambang emas mereka untuk diserahkan kepada Sultan Sambas bagi penghasilan Sultan Sambas sebagai pemilik Negeri. Pada saat itu Sultan Sambas menerima bagi hasil dari Kongsi-Kongsi china itu sebanyak 1 kg emas murni setiap bulannya, belum termasuk penerimaan oleh Pangeran-Pangeran penting di Kesultanan Sambas dari Kongsi-kongsi itu.
Kini sebagai sejarah, tak banyak yang tersisa dari Negara Lan Fang. Konon, Raffles telah membawa 30 ton arsip Lan Fang ke Inggris.  Belakangan ini sedang diupayakan merestorasi kembali keberadaan Republik Lan Fang. Salah satunya, adalah melalui situs lanfangchronicles.wordpress. com yang sudah membuat pameran tentang Lan Fang di Singapura.
Berbagai peninggalan Lan Fang telah pula direstorasi. Mulai dari miniatur bentuk uang, menara perlindungan, lukisan-lukisan dan foto zaman dahulu, hingga membuat pagelaran puisi tentang perang kongsi. Pagelaran tersebut bahkan masuk menjadi agenda rutin Singapore Art Fest.  Ironis memang, semua itu dilakukan oleh warga Singapura, bukan Indonesia sebagai pemilik sejarah.

 

Ulat Himalaya Bisa Mengobati AIDS!

Aids, penyakit yang mematikan sejauh yang kita tahu selama ini. Berbagai cara dilakukan agar bisa terbebas dari Aids, dan itu hal yang tidak mudah. Aids: Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat virus HIV : Human Immunodeficiency Virus atau virus - virus lain.

www.belantaraindonesia.org

Tetapi entah ini kabar gembira atau bukan, ada obat yang bisa mengobati Aids, yakni ulat Himalaya yang harganya dua kali harga emas! Berikut artikel detailnya.

Benda yang dicari oleh Silang, demikian nama pria Tibet ini sambil merangkak di tanah, 4.700 meter di atas permukaan laut di Dataran Tinggi Tibet, sungguh ajaib.

Bagian yang berada di atas tanah berupa jamur kecil tanpa tudung. Hanya batang cokelat sekecil korek api, mencuat beberapa sentimeter di tanah becek. Sebelas jam sehari, dari awal Mei sampai akhir Juni, Silang ia dan beberapa orang lain merangkak di lereng gunung yang curam. Mereka mengais semak, ranting, bunga liar, dan rumput, mencari jamur kecil yang sulit ditemui.

Ketika menemukannya, dia berteriak kegirangan. Dengan sekop kecil, Silang menggali sekeliling batang itu dan secara hati - hati mengangkat tanahnya. Dia menyikat kotoran yang menempel. Di telapak tangannya ada sesuatu mirip ulat berwarna kuning terang. Mati. Di kepalanya menempel jamur cokelat pipih. Dari sakunya, ia mengeluarkan kantong plastik merah. Dia memasukkan temuannya, lalu dengan hati - hati melipat kantong itu. Jamur ulat adalah sumber sebagian besar pendapatan mereka dalam setahun!

www.belantaraindonesia.org
Para Pemburu Jamur Ulat Himalaya
Di seantero Dataran Tinggi Tibet, jamur ulat ini mengubah ekonomi pedesaan. Jamur ini memicu demam emas modern. Bahkan, saat ia tiba di toko - toko yang gemerlap di Beijing, isi kantongnya tersebut laku keras dengan harga lebih dari dua kali lipat emas dengan berat yang sama.

Jamur ini bernama Yartsa Gunbu. Nama dalam bahasa Tibet ini berarti “rumput musim panas, ulat musim dingin”, sekalipun secara teknis makhluk ini bukan rumput atau ulat. Makhluk ini sebenarnya larva beberapa jenis ngengat hantu yang hidup di dalam tanah dan terinfeksi spora jamur parasit Ophiocordyceps sinensis. Jamur ini menggerogoti tubuh sang ulat dan hanya menyisakan rangka luar yang utuh. Kemudian saat musim semi tiba, mekarlah batang cokelat atau stroma yang tumbuh di kepalanya. Ini hanya terjadi di padang rumput pegunungan tinggi yang subur di Dataran Tinggi Tibet dan Himalaya.

Selama berabad - abad, yartsa gunbu dianggap sebagai obat mujarab dan obat kuat yang luar biasa. Salah satu deskripsi paling awal mengenai yartsa berasal dari teks Tibet abad ke - 15, berjudul Samudra Kenikmatan, yang membahas “pusaka sempurna” yang “menganugerahkan manfaat tak terbayangkan”. Cukup didihkan beberapa batang bersama secangkir teh, atau direbus bersama sup, atau dipanggang bersama bebek, dan semua penyakit akan sembuh—setidaknya begitu kata orang.

www.belantaraindonesia.org

Ulat itu, demikian orang biasa menyebutnya, diresepkan oleh tabib untuk menyembuhkan sakit punggung, lemah syahwat, sakit kuning, dan kelelahan. Untuk mengobati tuberkulosis, asma, bronkitis, hepatitis, anemia, dan emfisema. Pengobatan untuk HIV / AIDS. Bah­kan dapat menyembuhkan kerontokan rambut.

Seiring melesatnya perekonomian China, permintaan yartsa semakin meningkat—benda ini menjadi simbol status di pesta makan malam dan menjadi hadiah pilihan untuk menyenangkan hati pejabat pemerintah. Pada 1970 - an, setengah kilogram ulat ini berharga 2.000 - 5.000 rupiah. Pada awal 90 - an, harga setengah kilogram masih kurang dari dua juta rupiah. Sekarang harga setengah kilogram yartsa kualitas terbaik pada tingkat eceran dapat mencapai 475 - an juta rupiah.

Permintaan yang sangat besar tersebut memicu kekhawatiran bahwa panen tahunan, sekarang sekitar 400 juta batang, akan berkurang karena lahan yartsa dipanen secara berlebihan. Kata ahli ekologi Daniel Winkler, agar panen jamur ulat ini dapat berkesinambungan, pemanen harus menyisakan beberapa batang agar bisa tumbuh dewasa dan menginfeksi larva musim selanjutnya. Hal yang terjadi malah sebaliknya, kebanyakan penduduk desa mengambil semua jamur yang ditemukannya.

Akibat rezeki nomplok tahunan dari yartsa, ribuan penggembala yak Tibet yang dulu miskin sekarang memiliki sepeda motor, iPhone, dan TV layar datar. Perebutan lahan yartsa—kebanyakan wilayah hanya memperbolehkan panen oleh warga yang memiliki izin—me­nyebabkan bentrokan, termasuk tujuh pem bunuhan di Nepal utara, tempat sebagian kecil yartsa dunia berasal.

www.belantaraindonesia.org
Inilah Ulat Ajaib
 Di kota Chengdu, Provinsi Sichuan, pencuri pernah menggali terowongan ke toko yang menjual yartsa. Mereka menggondol barang senilai lebih dari 14 miliar rupiah. Polisi China mendirikan pos - pos pemeriksaan di pinggir jalan untuk mencegah para pemanen gelap menyelinap ke lereng bukit yang diperuntukkan bagi desa - desa setempat.

Seorang pasien bernama  Yu Jian menjalani pengobatan modern, termasuk rangkaian panjang kemoterapi. Namun, dia juga memutuskan untuk berobat kepada sinse. Sang sinse meresepkan yartsa. Dia telah memakainya selama sekitar enam bulan.

Setiap malam, ia memasukkan dua ulat ke dalam segelas air dan membiarkannya semalaman. Keesokan paginya dia mendidihkan air tersebut bersama beberapa buah kurma kering. Dia minum seduhan itu dan kemudian memakan ulat yang telah melunak.

Yu hanya membeli yartsa kualitas terbaik, dari jaringan apotek Tongrentang—salah satu dari beberapa merek yang lebih terkenal dan lebih mahal daripada Zhaxicaiji. Sekantong berisi 24 ulat ukuran sedang, cukup untuk persediaan beberapa minggu, dibelinya senilai 5,2 juta rupiah. “Saya pikir sepadan,” katanya, meskipun dia menyadari keraguan mengenai keampuhan obat tersebut. Sejauh ini kemujaraban yartsa gunbu belum terbukti.

Beberapa penelitian, yang sebagian besar dilakukan di China, mengungkapkan bahwa jamur itu memang mengandung zat peningkat sistem kekebalan tubuh yang dikenal sebagai beta - glucan dan zat antivirus yang bernama cordycepin.

Beberapa uji klinis menunjukkan bahwa obat itu dapat membantu meringankan banyak penyakit yang selama ini dianggap dapat diobatinya, termasuk bronkitis, asma, diabetes, hepatitis, kolesterol tinggi, dan lemah syahwat. Namun, para pengkritik mengatakan bahwa penelitian tersebut hanya dalam skala kecil dan metodologinya dipertanyakan.

Sampai ada yang melakukan uji klinis besar menggunakan produk berkualitas tinggi, ilmu pengetahuan yang kita andalkan selama ini tak menyatakan dampak yang signifikan,” kata Brent Bauer, direktur Complementary and Integrative Medicine Program di Mayo Clinic, yang meneliti obat - obatan herbal secara mendalam.

Terlebih lagi, kata ahli mikologi Paul Stamets, yartsa liar mungkin saja tercemar banyak jamur tak dikenal yang bisa jadi berbahaya. “Orang bisa keracunan,” kata Stamets. “Bagi yang tidak berpengalaman, itu semacam rolet rusia.” Buktinya mungkin memang jauh dari sahih, tetapi keyakinan akan kemujaraban yartsa begitu meluas.

Yu Jian mengaku ia bisa merasakan efek ulat itu. Dia mengatakan obat itu meningkat­kan semangat dan membangkitkan “energi kehidupan”—yang dikenal di China sebagai qi ( diba­ca chi ). Namun, energi aktualnya bisa saja berbeda.

Meskipun dia sangat kurus, warna kulit Yu memang agak kemerahan dan terlihat bersemangat. Saat merasa sehat, memang mudah untuk menyatakan kemustajaban ulat tersebut. Di saat lainnya, dia harus menghadapi kenyataan bahwa semua obat, sama - sama me­miliki keterbatasan. Namun, pada kunjungan terakhirnya, dokternya terkejut oleh kecepatan pemulihannya. “Dia bahkan tidak ingat saya pengidap kanker,” katanya